Masukan kata kunci di sini

Post Unggulan

Daftar Acara TV dan Stasiun TV dengan Rating Tertinggi Terbaru Bulan November

DAFTAR ACARA TV , Ini dia gaes daftar acara TV dan juga Stasiun dengan rating tertinggi bulan November. Semoga aja daftar acara tv kalian m...

Target, Resolusi atau Apalah istilahnya


Hari ini adalah tanggal 01 Januari 2022. Kurang lebih hampir 1,5 tahun saya telah tinggal di negeri sakura ini. Selama itu pula saya menjalani LDL dengan istri dan anak-anak.

Hari ini saya mendapatkan undangan untuk makan malam keluarga Tanako. Beliau adalah pemilik rumah petak yang saya sewa sebagai tempat tinggal.

Kebiasaan orang Jepang mengadakan acara spesial dalam keluarga inti mereka setiap tanggal 1 bulan Januari tiap tahunnya. Pada malam tanggal 31 seluruh anggota keluarga berkumpul menyambut tahun baru bersama. Setelah mereka memakan santapan khas tahun baruan Osechi yang berupa macam-macam makanan yang disusun dalam juubako (wadah bentou yang bertingkat-tingkat) , dilakukanlah presentasi kecil antara mereka.

Sang otoosan (ayah) ingin berhenti merokok tahun ini. Walaupun tahun lalu itu sudah menjadi rencananya, tapi karena kantornya mulai memberlsayakan larangan merokok. Juga ia menyadari pengaruh rokok pada kesehatan sementara usianya sudah masuk 50 tahun dan keluarga tercintanya pun tidak suka pada rokok, maka tahun ini ia akan sungguh-sungguh menepati komitmen barunya itu.

Sang okaasan (ibu) ingin mengambil SIM mobil. Ia yang hobby traveling, mau jalan-jalan sendiri ke tempat yang agak jauh dengan menyetir mobil. Oleh karena itu, okaasan minta kepada semua anggota keluarga memahami bila ia nanti akan jarang di rumah, dan ia minta pula agar mereka mau membantunya menjaga rumah.

Lain orang tua lain juga keinginan si anak. Di dalam cerita si kakak punya minat yang tinggi terhadap tari. Ia ingin sekali menguasai tari Bali. Untuk keperluannya itu tahun ini ia akan serius mempelajari bahasa Indonesia, bukan saja untuk cepat bisa menari, tapi ia berniat melsayakan riset utk kesenian tersebut.

Sementara si Adik, yang masih kelas 5 SD ingin sekali bergabung di klub yakyuu (baseball). si adik yang merasa larinya cepat dan pukulannya kuat optimis, bahwa ia akan segera terpilih untuk mengikuti pertandingan antar klub. Ia meminta kepada keluarganya untuk menyaksikan pertandingan itu suatu saat nanti. Walaupun pr dari sekolah tahun kemarin sering dilalaikannya, tapi tahun ini ia berjanji akan sungguh-sungguh belajar disamping latihan yakyuu.

Setelah mencerna dan memahami bacaan tersebut, sensei bertanya pada saya, "Saputa san, kotoshi nani wo shiyooto omotte imashuka (tahun ini rencana melakukan apa)?".

Sebentar saya berpikir. Hmm, memang saya dan istri sering juga membahas planning keluarga, kadang malah muncul 'keributan' kecil, saking serunya. Yang kita diskusikan adalah target-target diri dan anak-anak, langkah-langkahnya, dan menentukan PJnya. Lho koq PJ? Iya, karena anak masih kecil-kecil, mereka tentu tidak mengerti target dan rencana.

Misalnya, anak kami yang sulung, ia mesti lebih lancar membaca bahasa Indonesia dan membantu pekerjaan rumah tangga. Langkah-langkahnya harus rajin membaca buku berbahasa Indonesia, dan dilibatkan dalam pekerjaan rumah tangga. PJ yang nomer satu si Abi, dan yang ke-2 lebih pas adalah Ummi.

Anak nomer dua, sesuai dengan bakatnya, targetnya membaca dan menghafal al Qur'an sesuai tajwid. Ia juga senang olah raga bela diri. Maka ditentukan juga langkah-langkahnya dan ditunjuk pula siapa PJnya..

Begitu juga anak nomer 3 dan 4, masing-masing kami tetapkan dan tuliskan target-targetnya, langkah-langkahnya dan PJnya. Memang sering juga, sih ada target yang tak terpantau, langkah-langkah yang semrawut tidak sesuai juklak-juknis, timing yang terlewati, dan PJ yang lengah karena over loading. Namun, sepatutnya kami terus memperbaiki kebiasaan menyusun planning dalam keluarga. Jika anak-anak semakin besar nanti, tentu ini adalah hal yang mengasyikkan meski tetap menjadi beban. Karena mereka akan belajar menentukkan sendiri step-step hidupnya ke arah yang lebih baik. Kami, orang tua, walaupun sudah lengser jadi PJ, tetap selalu mensuport dan membimbing. Untuk target-target  saya sendiri dan istri.,PJ nya saling bersilangan. Saya adalah PJ pencapaian target istri begitu juga sebaliknya.

"Subarashii koto desunee (hal yang luar biasa, ya)...," ucap sensei dengan tepukan tangan ringan setelah mendengar uraian dari pikiranku tadi.

Tit...............ti.......................ti...............(alrm hp) berbunyi.

Ternyata semua baru mimpi. Panjang jalan yang harus dilalui untuk mewujudkan cerita mimpi ini. Namun aku yakin bisa kuliah di Jepang suatu saat. Amin.



Hari ini adalah tanggal 01 Januari 2022. Kurang lebih hampir 1,5 tahun saya telah tinggal di negeri sakura ini. Selama itu pula saya menjalani LDL dengan istri dan anak-anak.

Hari ini saya mendapatkan undangan untuk makan malam keluarga Tanako. Beliau adalah pemilik rumah petak yang saya sewa sebagai tempat tinggal.

Kebiasaan orang Jepang mengadakan acara spesial dalam keluarga inti mereka setiap tanggal 1 bulan Januari tiap tahunnya. Pada malam tanggal 31 seluruh anggota keluarga berkumpul menyambut tahun baru bersama. Setelah mereka memakan santapan khas tahun baruan Osechi yang berupa macam-macam makanan yang disusun dalam juubako (wadah bentou yang bertingkat-tingkat) , dilakukanlah presentasi kecil antara mereka.

Sang otoosan (ayah) ingin berhenti merokok tahun ini. Walaupun tahun lalu itu sudah menjadi rencananya, tapi karena kantornya mulai memberlsayakan larangan merokok. Juga ia menyadari pengaruh rokok pada kesehatan sementara usianya sudah masuk 50 tahun dan keluarga tercintanya pun tidak suka pada rokok, maka tahun ini ia akan sungguh-sungguh menepati komitmen barunya itu.

Sang okaasan (ibu) ingin mengambil SIM mobil. Ia yang hobby traveling, mau jalan-jalan sendiri ke tempat yang agak jauh dengan menyetir mobil. Oleh karena itu, okaasan minta kepada semua anggota keluarga memahami bila ia nanti akan jarang di rumah, dan ia minta pula agar mereka mau membantunya menjaga rumah.

Lain orang tua lain juga keinginan si anak. Di dalam cerita si kakak punya minat yang tinggi terhadap tari. Ia ingin sekali menguasai tari Bali. Untuk keperluannya itu tahun ini ia akan serius mempelajari bahasa Indonesia, bukan saja untuk cepat bisa menari, tapi ia berniat melsayakan riset utk kesenian tersebut.

Sementara si Adik, yang masih kelas 5 SD ingin sekali bergabung di klub yakyuu (baseball). si adik yang merasa larinya cepat dan pukulannya kuat optimis, bahwa ia akan segera terpilih untuk mengikuti pertandingan antar klub. Ia meminta kepada keluarganya untuk menyaksikan pertandingan itu suatu saat nanti. Walaupun pr dari sekolah tahun kemarin sering dilalaikannya, tapi tahun ini ia berjanji akan sungguh-sungguh belajar disamping latihan yakyuu.

Setelah mencerna dan memahami bacaan tersebut, sensei bertanya pada saya, "Saputa san, kotoshi nani wo shiyooto omotte imashuka (tahun ini rencana melakukan apa)?".

Sebentar saya berpikir. Hmm, memang saya dan istri sering juga membahas planning keluarga, kadang malah muncul 'keributan' kecil, saking serunya. Yang kita diskusikan adalah target-target diri dan anak-anak, langkah-langkahnya, dan menentukan PJnya. Lho koq PJ? Iya, karena anak masih kecil-kecil, mereka tentu tidak mengerti target dan rencana.

Misalnya, anak kami yang sulung, ia mesti lebih lancar membaca bahasa Indonesia dan membantu pekerjaan rumah tangga. Langkah-langkahnya harus rajin membaca buku berbahasa Indonesia, dan dilibatkan dalam pekerjaan rumah tangga. PJ yang nomer satu si Abi, dan yang ke-2 lebih pas adalah Ummi.

Anak nomer dua, sesuai dengan bakatnya, targetnya membaca dan menghafal al Qur'an sesuai tajwid. Ia juga senang olah raga bela diri. Maka ditentukan juga langkah-langkahnya dan ditunjuk pula siapa PJnya..

Begitu juga anak nomer 3 dan 4, masing-masing kami tetapkan dan tuliskan target-targetnya, langkah-langkahnya dan PJnya. Memang sering juga, sih ada target yang tak terpantau, langkah-langkah yang semrawut tidak sesuai juklak-juknis, timing yang terlewati, dan PJ yang lengah karena over loading. Namun, sepatutnya kami terus memperbaiki kebiasaan menyusun planning dalam keluarga. Jika anak-anak semakin besar nanti, tentu ini adalah hal yang mengasyikkan meski tetap menjadi beban. Karena mereka akan belajar menentukkan sendiri step-step hidupnya ke arah yang lebih baik. Kami, orang tua, walaupun sudah lengser jadi PJ, tetap selalu mensuport dan membimbing. Untuk target-target  saya sendiri dan istri.,PJ nya saling bersilangan. Saya adalah PJ pencapaian target istri begitu juga sebaliknya.

"Subarashii koto desunee (hal yang luar biasa, ya)...," ucap sensei dengan tepukan tangan ringan setelah mendengar uraian dari pikiranku tadi.

Tit...............ti.......................ti...............(alrm hp) berbunyi.

Ternyata semua baru mimpi. Panjang jalan yang harus dilalui untuk mewujudkan cerita mimpi ini. Namun aku yakin bisa kuliah di Jepang suatu saat. Amin.


Share :

Facebook Twitter Google+

My Blog List

Popular Posts

Powered By Blogger