Berprofesi menjadi pelawak tidak cukup bermodal tampang atau fisik unik, keahlian pelawak menampilkan gaya atau ciri khas menjadi penunjang bagi mereka untuk meraih kesuksesan.
Disisi lain, gaya khas itulah yang membedakan mereka dari pelawak lain dan membuat pelawak dikenal sepanjang massa.
Komedian atau pelawak mesti punya ke-khas-an . Entah ungkapan, gaya rambut, pakaian, dan lain sebagainya.
Gogon misalnya punya gaya rambut dan gaya berdiri khas. Atau mendiang Jojon dengan gaya omong dan pakaian ala celana monyet. Dulu ada ungkapan khas mendiang gepeng, “untung ada saya”. Atau ucapan Asmuni “Hil yang mustahal”. Juga ucpan kasino yang sohor sampai sekarang “ Gile lu ndro.”
Indrodjojo Kusumonegoro (58), yang dikenal dengan nama Indro Warkop, punya ucapan khas “kompor mleduk!” dan “emang gue pikirin” itulah ungkapan khas dia..
Bicara soal gaya khas pelawak kita tentu ingat bagaimana tertawa sekaligus kesal melihat aksi bolot yang menyajikan “dialog tidak nyambung” dengan lawan bicara. Namun aksi tuli yang dibawakan oleh pria bernama asli Muhammad Sulaiman tersebut bersifat kondisionsal. Begitu dia berbicara dengan perempuan cantik dan seksi semua ketidak nyambunganya pun hilang seketika.
Siapa yang berdialog dengan Aziz gagap tentu tidak sabar menunggu jawaban dia yang tergagap-gagap. Apalagi terkadang keluar jawaban tak sesuai dengan perkiraan. Tak pelak, rekan-rekan Azis dalam “Opera Van Java” , yaitu Nunung , Andre Stinky, Parto, dan Sule, acap keki.
Begitu pula dengan komedian khomeng dengan gaya bindhengnya. Kita tentu berpikir begitu capeknya pria bernama asli Alfiansyah itu harus bindheng sekian lama di panggung. Komeng yang mengawali karier sebagai penyiar sekaligus pengisi acara lawak di Radio SK Jakarta dan BensRadio Jakarta, juga piawai “menyerang” secara kocak pada lawan bicara. Hanya sedikit lawan bicara yang bisa menyerang balik pada pembawa acara “Spontan Uhuy” itu.
Berwajah lucu dengan mimic khas saat mengucapkan kata dari bahasa inggris yang ternyata salah ucap face to face menjadi fish to fish. Itulah Tukul Arwana, yang selain melawak juga menjadi pembawa acra sukses “Bukan Empat Mata” dan “new Family 100”. Pria bernama asli Rijanto dari Perbalan Purwosari , kota Semarang , itu sangat dikenal dengan ucapan “kembali ke laptop” dan “pertinyiinyi”. Walau berwajah plus ekspresi lucu sebagai modal melawak, bagi Tukul itu belum cukup. Pria yang mengaku sehari selalu menyempatkan untuk membaca lebih dari satu Koran agar selalu menambah wawasan , sehingga gaya lawakanpun selalu segar.
Adapula pelawak dengan gaya khas berupa plesetan. Itulah Kelik Pelipur Lara. Kelik sukses memerankan pelesetan Wakil Presiden M Jusuf Kalla sebagai Ucup kelik dalam “Republik BBM (Baru Bisa Mimpi)” dan acara “DemoCrazy”, Dia memang menjadikan kondisi social politik serta pemerintahan menjadi bahan lawakan pelesetan . Pria asal Yogyakarta yang berpendidikan S3 ( SD, SMP, SMA) itu pentolan grup lawak Lembaga Bantuan Humor (LBH) yang mengambil ide atau memelesetkan LBH yang Lembaga Bantuan Hukum.
Kelik menuturkan bahasa pelesetan bukan sekedar guyonan biasa .Namun humor cerdas agar orang mau berpikir tentang persoalan politik bangsa ini. Pelesetan merupakan “perlawanan” terhadap hegemoni politik Negara melalui permainan kata-kata. Kata kelik.
Ada pula pelawak bergaya silogisme. Itulah proses penarikan kesimpulan secara deduktif dari hal umum ke hal khusus. Silogisme disusun dari dua premis atau proposisi (pernyataan ), kemudian ditarik sebuah konklusi atau kesimpulan. Gaya itu diusung oleh cak Lontong, yang terkenal dengan “salam Lemper” dan “Mikir !”. Pria asal Magetan, Jawa Timur bernama asli Lis Hartono itu menyatakan punya mimic wajah datar yang tak bisa disebut lucu. jadi dia harus menggunakan kekuatan verbal untuk berkomedi.
Selain mereka , tentu masih banyak gaya cirri khas pelawak lain.
Sekian dan Terimakasih