Masukan kata kunci di sini

Post Unggulan

Daftar Acara TV dan Stasiun TV dengan Rating Tertinggi Terbaru Bulan November

DAFTAR ACARA TV , Ini dia gaes daftar acara TV dan juga Stasiun dengan rating tertinggi bulan November. Semoga aja daftar acara tv kalian m...

Pulang Kantor Jalan Kaki



Pulang kantor dengan jalan kaki. Aku agak terburu-buru karena langit sepertinya akan menurunkan rahmatNya (hujan.red). Mendung telah menghiasi langit semarang. Kupercepat langkah. Di depan hotel metro, sejenak kutertegun dan melambatkan langkah. Di depanku kulihat bapak tukang becak-yang sering kutumpangi jika pulkam ke poncol -menarik gerobak dengan bahunya. Gerobak berjalan lambat, bahkan sangat lambat, mungkin sangat berat massa gerobak itu. Ya hanya sebuah Gerobak  tanpa muatan. Namun gerobak itu sangat tak efisien menurutku. Ban-nya menggunakan ban bekas mobil, bagian ujung dari gerobak menggerus tanah jika ditarik. Keringatpun bercucuran membasahi bapak berbadan kekar ini.

Apa bedanya –maaf- bapak ini dengan kerbau? Selintas pikiran ini melewat dalam pikirku. Sungguh sangat kasihan. Ingin kumenolongnya. Tapi dengan cara apa?? Membantu mendorongkan gerobak? Atau aku kasih uang? Atau aku kasih pekerjaan yang lebih layak? Sayangnya tak ada yang kulakukan saat itu.seperti biasa.

Aku yakin upah dari mengangkut pasir dengan gerobak tak efisien dengan jarak yang sangat jauh itu mungkin hanya cukup untuk makan hari itu untuk ia dan keluarganya.

(menarik nafas panjang) Seakan ia dan mungkin banyak yang seperti bapak ini, yang berjuang untuk hidup dengan mengandalkan tenaganya. Padahal manusia sudah dibekali dengan otak. Betapa beruntungnya orang bisa memanfaatkan otaknya. Sehingga ia tidak perlu memeras keringat sedemikian hebat untuk mencari sesuap nasi. 

Tapi ngomong memang sangatlah mudah dan bertindak itu sangat sulit Misalnya keinginan untuk menolong bapak itu memang sangat mudah kuucapkan tetapi sangat sulit untuk direalisasikan. “Mana otakmu pri?””Ayo berfikir bagaimana caranya untuk membantu  bapak itu”



Pulang kantor dengan jalan kaki. Aku agak terburu-buru karena langit sepertinya akan menurunkan rahmatNya (hujan.red). Mendung telah menghiasi langit semarang. Kupercepat langkah. Di depan hotel metro, sejenak kutertegun dan melambatkan langkah. Di depanku kulihat bapak tukang becak-yang sering kutumpangi jika pulkam ke poncol -menarik gerobak dengan bahunya. Gerobak berjalan lambat, bahkan sangat lambat, mungkin sangat berat massa gerobak itu. Ya hanya sebuah Gerobak  tanpa muatan. Namun gerobak itu sangat tak efisien menurutku. Ban-nya menggunakan ban bekas mobil, bagian ujung dari gerobak menggerus tanah jika ditarik. Keringatpun bercucuran membasahi bapak berbadan kekar ini.

Apa bedanya –maaf- bapak ini dengan kerbau? Selintas pikiran ini melewat dalam pikirku. Sungguh sangat kasihan. Ingin kumenolongnya. Tapi dengan cara apa?? Membantu mendorongkan gerobak? Atau aku kasih uang? Atau aku kasih pekerjaan yang lebih layak? Sayangnya tak ada yang kulakukan saat itu.seperti biasa.

Aku yakin upah dari mengangkut pasir dengan gerobak tak efisien dengan jarak yang sangat jauh itu mungkin hanya cukup untuk makan hari itu untuk ia dan keluarganya.

(menarik nafas panjang) Seakan ia dan mungkin banyak yang seperti bapak ini, yang berjuang untuk hidup dengan mengandalkan tenaganya. Padahal manusia sudah dibekali dengan otak. Betapa beruntungnya orang bisa memanfaatkan otaknya. Sehingga ia tidak perlu memeras keringat sedemikian hebat untuk mencari sesuap nasi. 

Tapi ngomong memang sangatlah mudah dan bertindak itu sangat sulit Misalnya keinginan untuk menolong bapak itu memang sangat mudah kuucapkan tetapi sangat sulit untuk direalisasikan. “Mana otakmu pri?””Ayo berfikir bagaimana caranya untuk membantu  bapak itu”

Share :

Facebook Twitter Google+

My Blog List

Popular Posts

Powered By Blogger