Ombak
ada yang bergemuruhmerasuk masuk dan menusuk telinga
angin yang menggulung pristiwa
menabrak
dan karang dipunggungmu merapuh
ombak meninggalkan buih
seusai menyapa bekas pijak kaki
yang tertinggal ketika sejengkal langkah memaju
ada yang kau tunggu sembari berjalan
ada yang kau tuju sembari melakukan
yang terpotong oleh batas lensa
ketika fokus adalah kau ketika hari itu
tatapan yang membumi
adalah rabaan-rabaan yang melangit
bukan berarti pilu menundukan tengkuk
terlebih ragu menumpuk
tetapi kau ingin merayu Tuhan
seperti Aku menjelma kau
dan menomorduakan pertama
dengan tikaman-tikaman mata
yang membumi
menatap pasir-pasir yang tergerus
yang tesingkir
aku, membisikan ke lensamu
kau ada bukan untuk kau
tetapi untuk kau yang lain
Jangan lupa juga baca ini
KITA HINA
KUMPULAN PUISI
Ombak
ada yang bergemuruhmerasuk masuk dan menusuk telinga
angin yang menggulung pristiwa
menabrak
dan karang dipunggungmu merapuh
ombak meninggalkan buih
seusai menyapa bekas pijak kaki
yang tertinggal ketika sejengkal langkah memaju
ada yang kau tunggu sembari berjalan
ada yang kau tuju sembari melakukan
yang terpotong oleh batas lensa
ketika fokus adalah kau ketika hari itu
tatapan yang membumi
adalah rabaan-rabaan yang melangit
bukan berarti pilu menundukan tengkuk
terlebih ragu menumpuk
tetapi kau ingin merayu Tuhan
seperti Aku menjelma kau
dan menomorduakan pertama
dengan tikaman-tikaman mata
yang membumi
menatap pasir-pasir yang tergerus
yang tesingkir
aku, membisikan ke lensamu
kau ada bukan untuk kau
tetapi untuk kau yang lain
Jangan lupa juga baca ini
KITA HINA
KUMPULAN PUISI